CIREBON, 10 September 2025 — Masjid Santun Muhammadiyah Kota Cirebon kembali menyelenggarakan kajian rutin malam Rabu. Kajian kali ini membahas “Tafsir Tematik Tentang Akidah”, menghadirkan narasumber Dr. Maman Rusman, MPd. anggota Lembaga Pengembangan Pesantren Muhammadiyah Kota Cirebon dan disiarkan secara langsung melalui kanal YouTube DakwahMu.
Dalam ceramahnya, Dr. Maman menekankan bahwa Al-Qur’an dan Hadis merupakan pedoman utama dalam hidup seorang Muslim. Ia mengutip:
– Surat Al-Baqarah ayat 2: “Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa.”
– Surat Al-Baqarah ayat 185: “(Al-Qur’an) sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu serta pembeda (antara yang benar dan yang batil).”
– Surat An-Nisa ayat 59: Perintah taat kepada Allah, Rasul, dan ulil amri sebagai wujud akidah dalam kehidupan sosial.
Dr. Maman menjelaskan bahwa akidah Islam adalah keyakinan tauhid, yaitu meyakini bahwa Allah Maha Esa, sebagaimana disebut dalam:
– Surat Al-Baqarah ayat 163: “Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa…”
– Surat Thaha ayat 14: “Sesungguhnya Aku ini adalah Allah…”
Akidah tauhid diwujudkan melalui kalimat “Laa ilaaha illallah” yang artinya:
“Tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Allah.”
Kalimat ini adalah inti dari seluruh ajaran Islam dan menunjukkan bahwa hanya Allah yang pantas disembah.

Tahlil dan Perbedaannya dengan Ma’tam
Dalam kesempatan tersebut, Dr. Maman juga menjelaskan tentang tahlil, yaitu dzikir dan doa yang berisi kalimat tauhid “Laa ilaaha illallah”, sebagai bentuk penguatan akidah. Tahlil merupakan bentuk dzikir yang sangat dianjurkan karena mempertegas keesaan Allah.
Beliau menegaskan bahwa tahlil berbeda dengan ma’tam.
– Tahlil : dzikir, doa, dan pembacaan ayat-ayat Al-Qur’an, dilakukan dengan ikhlas untuk mengingat Allah.
– Ma’tam : istilah yang biasa digunakan untuk merujuk pada tradisi berkabung dengan ratapan, tangisan, bahkan kadang disertai ritual yang tidak diajarkan oleh Nabi, dan tidak sesuai dengan tuntunan Islam.
“Jangan sampai kita salah paham antara tahlil sebagai dzikir yang syar’i dengan ma’tam yang bersifat tradisi tanpa dasar yang jelas dalam agama,” ujar Dr. Maman.
Kajian ini ditutup dengan sesi tanya jawab dan mendapat respon positif dari jamaah. Kegiatan ini menjadi sarana penting untuk memperkuat akidah umat berbasis dalil yang sahih. (01-AF)
Tinggalkan Balasan ke situ khodijahBatalkan balasan