Pengajian Ahad di Masjid An-Nur Sangkana Muhammadiyah: Ustadz Sunarya Bahas Hikmah Dibalik Penciptaan Syetan

CIREBON, 12 Oktober 2025 — Suasana Ahad pagi di Masjid An-Nur Sangkana, Kalijaga, Harjamukti, Kota Cirebon, terasa hangat dan khusyuk saat jamaah mengikuti pengajian rutin yang diisi oleh Ustadz Sunarya, S.Pd.I., M.M. Dengan tema “Hikmah di Balik Penciptaan Syetan”, beliau menyampaikan kajian yang mendalam dan menyentuh aspek spiritual serta logika keimanan.

Dalam pemaparannya, Ustadz Sunarya menjelaskan bahwa syetan secara bahasa berarti ‘yang jauh’, yakni jauh dari kebenaran. Secara istilah, syetan adalah makhluk yang mengajak manusia kepada keburukan dan menentang perintah Allah.

Perbedaan Syetan, Jin, dan Iblis
Beliau menegaskan bahwa tidak semua jin adalah syetan, namun syetan bisa berasal dari golongan jin maupun manusia. Adapun iblis adalah satu makhluk dari bangsa jin yang membangkang kepada Allah, dan sejak itu menjadi musuh utama manusia. Iblis pun sering disebut sebagai syetan karena fungsinya menggoda manusia.

Tujuan Allah Menciptakan Syetan
Ustadz Sunarya menyampaikan bahwa penciptaan syetan bukan tanpa hikmah. Di antaranya:

– Untuk menguji keimanan, sebagaimana disebutkan dalam QS. Al-Ankabut: 2, bahwa manusia tidak cukup hanya mengaku beriman tanpa diuji.
– Mengukur keikhlasan, karena hanya orang yang ikhlas dalam ibadah yang akan selamat dari godaan syetan.
– Meningkatkan perjuangan spiritual hamba, agar manusia terus waspada dan memperkuat amal saleh.

Langkah-langkah Syetan dalam Menggoda
Beliau merujuk pada QS. Al-Mujadilah: 19, di mana syetan bisa menguasai hati manusia hingga melupakan mereka dari mengingat Allah. Godaan syetan bertahap: dari lintasan hati, bisikan, hingga dorongan untuk melakukan maksiat secara nyata.

Empat Sikap Manusia terhadap Syetan
Ustadz Sunarya mengingatkan jamaah tentang empat tipe manusia dalam menyikapi syetan:
1. Sebagai saudara, sebagaimana disebut dalam QS. Al-Isra: 27, orang boros adalah saudara syetan.
2. Mengangkat syetan sebagai pemimpin, dijelaskan dalam QS. Al-A’raaf: 99-100.
3. Sebagai kawan, seperti dalam QS. Al-Hajj: 3-4, di mana manusia mengikuti ajakan syetan secara membabi buta.
4. Sebagai musuh, inilah sikap yang benar menurut QS. Al-Baqarah: 208 dan 168, bahwa syetan adalah musuh yang harus diwaspadai.

Pengajian ini ditutup dengan pesan agar jamaah selalu memperkuat hubungan dengan Allah, meningkatkan keimanan dan ketakwaan, serta menjadikan syetan sebagai musuh yang nyata, bukan kawan atau panutan.

Kegiatan ini menjadi bagian dari pembinaan ruhani dan edukasi keislaman yang terus dilakukan oleh PCM Harjamukti melalui masjid-masjid di lingkungan Muhammadiyah.

Komentar (Tanggapan)

Kirim Tanggapan