CIREBON, Jumat 17 Oktober 2025 — Masjid Santun Muhammadiyah Kota Cirebon kembali menggelar Shalat Jumat dengan khidmat. Bertindak sebagai khatib sekaligus imam adalah Assoc. Prof. Dr. Arief Hidayat Afendi, S.H.I., M.Ag., yang menyampaikan khutbah bertema “Menjenguk Orang Sakit: Bentuk Ketakwaan Sosial”.
Dalam khutbahnya, Dr. Arief mengawali dengan ajakan untuk senantiasa meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ia menekankan bahwa Islam sebagai agama yang sempurna, diturunkan untuk mewujudkan kemaslahatan hidup di dunia dan akhirat melalui pelaksanaan perintah dan menjauhi larangan Allah.
Menanggapi fenomena global yang sedang terjadi, beliau menyoroti perubahan iklim ekstrem yang dilaporkan oleh BMKG dan lembaga dunia. Suhu panas yang mencapai 32°C bahkan berdampak pada pencairan es di Kutub Utara dan berpotensi menaikkan permukaan air laut serta memicu penyebaran penyakit seperti flu, batuk, dan gangguan pernapasan.
Dalam kondisi seperti ini, khatib mengingatkan jamaah untuk bersikap sabar, karena musibah dan penyakit adalah ujian dari Allah, sebagaimana dalam firman-Nya:
“Dan sungguh akan Kami beri cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar.”
(QS. Al-Baqarah: 155)
Salah satu amalan penting yang disampaikan khatib adalah anjuran untuk menjenguk orang sakit sebagai bentuk empati dan kepedulian sosial. Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam bersabda:
“Hak seorang muslim atas muslim lainnya ada enam… (di antaranya) jika ia sakit, maka jenguklah.”
(HR. Muslim)

Bahkan, dalam riwayat lain Rasulullah bersabda:
“Sesungguhnya Allah berfirman pada hari kiamat: Wahai anak Adam, Aku sakit tetapi engkau tidak menjenguk-Ku…”
(HR. Muslim)
Khatib menjelaskan bahwa menjenguk orang sakit seolah-olah menjenguk Allah, karena melalui amal itu, kita menunjukkan kasih sayang, mendoakan, dan memberikan dukungan moral yang besar.
Khutbah ditutup dengan ajakan untuk menghidupkan kembali budaya menjenguk orang sakit, baik di lingkungan keluarga maupun masyarakat luas. Sebab dari amalan tersebut, seseorang bisa tergolong sebagai hamba yang bertakwa, seperti disebutkan dalam Al-Qur’an:
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga… yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa.”
(QS. Ali Imran: 133)
Jamaah mengikuti khutbah dengan khusyuk dan suasana masjid terasa penuh makna. Semoga nilai-nilai ketakwaan sosial melalui kepedulian terhadap sesama semakin tumbuh di tengah masyarakat.
Tinggalkan Balasan ke Siti Aulia Bainah RambeBatalkan balasan